Saya masih bisa mengingat satu
frame ketika mengantarkan saudara saya kembali dari Yogyakarta pada dekade
90an. Sebuah gambar mengenai mahal dan mewahnya naik pesawat. Hanya orang yang
berkocek tebal yang mampu terbang, pikir saya waktu itu. Jangankan untuk
mencicipi naik pesawat, boro-boro mendekat, keluarga saya mana ada yang mampu
untuk membeli tiket pesawat kala itu.
Bangkok, 1st Time with Air Asia |
Pemikiran itu saya bawa seiring
dewasa. Kalau ingin bepergian, ya jangan menggunakan pesawat. Pakai kendaraan
sendiri saja. Biar irit, bisa banyak pula isinya. Jangankan kepikiran ke luar
negeri naik pesawat, pemahaman saya waktu itu adalah ke Jakarta naik bus saja
sudah luar biasa mahalnya. Hal inilah yang membuat saya selalu punya pilihan
destinasi kalau tidak ke Jakarta, ya ke Bali. Pokoknya bisa dijangkau dengan
kendaraan pribadi.
Namun seiring dengan perkembangan
teknologi dan arus globalisasi, perubahan kebijakan dan strategi perang
transportasi udara membawa angin segar bagi para rakyat biasa seperti saya.
perang tarif antar maskapai pun semakin gencar, dan akhirnya mulai datang
kesempatan saya untuk menaiki burung besi ini. Impian yang tadinya terlihat
tidak mungkin, kini menjadi sesuatu yang nyata. Namun pada tahun itupun, image
saya mengenai dunia penerbangan masih sama seperti dulu. Masih penuh dengan
kemewahan dan kesan terlalu mahal masih melekat dalam benak saya. Beberapa kali
terbang pun pandangan saya naik pesawat tetap sama, mahal! Apalagi ketika saya
mendapatkan hibah tiket untuk bepergian ke Singapura, kesannya saya tidak akan
bakalan mampu untuk membeli tiket pesawat.
Sebuah image yang melekat
mengenai orang kaya saja yang bisa terbang kemudian sedikit terkikis setelah
saya bepergian ke Bangkok bersama dengan keluarga besar saya pada Akhir
Desember 2007. Air Asia? Pesawat dari mana itu? Sampai Bangkok nggak itu? Keraguan
menggunakan maskapai murah justru hinggap di saat sebelum berangkat. Apalagi waktu
itu boradingpass air asia hanyalah secarik sobekan kertas tanpa nomor tempat
duduk yang membuat saya dan sepupu saya untuk berlari menuju pesawat untuk
mendapatkan tempat duduk dalam 1 deret. Bukannya kapok, namun justru itu
menjadi sebuah keasyikan tersendiri dan kenangan yang lucu untuk kami.
Mengenal Banyak Orang dan Kultur |
Tujuh tahun berlalu dari kejadian
itu, siapa sangka, penerbangan “murah” itu justru menjadi sahabat terbang saya
sampai saat ini. Tidak hanya saya, mungkin dunia pun mengakui bahwa Air Asia
menjadi leader di kelasnya. Menyabet gelar sebagai Maskapai Budget Rendah
selama bertahun-tahun tentu saja tidak lepas dari kerja keras dan dedikasi Air
Asia untuk mewujudkan impian banyak orang untuk bisa terbang. Tag “Now Everyone Can Fly” tampaknya bukan
hanya isapan jempol belaka. Banyak cerita inspiratif dari banyak orang yang
berhasil mewujudkan mimpinya untuk terbang bersama Air Asia. Dari yang akhirnya
disiplin menabung untuk mewujudkan mimpinya, memberi hadiah untuk keluarganya
naik pesawat, hingga orang-orang yang berhasil terbang menjejakkan kaki di
seluruh dunia dengan Air Asia, dari yang tidak mungkin, kini bisa menjadi
kenyataan.
Tidak hanya kisah dari orang
lain, Air Asia kini secara tidak langsung mengubah banyak pemikiran dalam diri
saya. Saya selalu membayangkan terbang itu mahal, kalau murah itu nggak aman. Namun
Air Asia mampu menepis pemikiran itu. Saya akhrinya mempunyai perubahan mindset
bahwa suatu perjalanan itu tidaklah ribet dan juga tidak mahal. Bawa apa yang
kamu perlukan, bayar sesuai yang kamu butuhkan. Salah satu konsep berpikir ini
saya dapatkan setelah beberapa kali naik pesawat terbang. Saya mulai menyadari
memang ada kemewahan yang didapatkan ketika naik Full Board Airlines,tapi saya
selalu menentang, wong saya hanya ingin pergi dari sini ke sana kok,untuk apa
saya bayar lebih mahal untuk fasilitas yang sebenarnya tidak terlalu saya
butuhkan?
Perubahan itu tidak hanya dalam
aspek”membayar apa yang dibutuhkan” tetapi saya kini berubah dari sosok yang
selalu ribet dalam bepergian, menjadi sosok yang sangat ringkas dalam
bepergian. Istilah kerennya sih light traveller :D terinspirasi dari penambahan
biaya-biaya bagasi saya justru berpikir bagaimana saya tida perlu membayar
penambahan biaya, namun cukup membawa barang yang saya butuhkan dalam satu
ransel. Selain ringkas, juga barang yang saya bawa sesuai dengan kebutuhan.
Terbiasa Menjadi Solo Traveler |
Hal yang saya dapatkan dari
memburu mimpi saya dengan begadang demi mendapatkan tiket murah adalah keberanian
mengambil keputusan. Tak jarang tiket yang saya beli adalah untuk periode
penerbangan tahun depan, atau bahkan belum pasti bisa berangkat atau tidak. Saya
juga belajar untuk siap dengan segala kemungkinan terburuk sebagai konsekuensi
dari pembelian tiket saya yang terlalu jauh termasuk hangusnya tiket saya
akibat Visa Australia yang ditolak. Tapi itu harga yang pantas untuk membeli
mimpi saya menjelajah dunia. Saya tidak kapok, justru saya semakin bersemangat
dan tertantang untuk menjelajah dunia.
Tiket PromoKE Penang Bersama Sahabat |
Kini, saya ditempeli predikat AGI
alias Anak Gaul Internasional oleh rekan kerja saya di kantor karena banyaknya
penerbangan saya ke luar negeri. Bahkan beberapa menilai saya boros dan
menghamburkan uang banyak untuk bepergian. Namun saya tekankan kepada mereka
satu hal,terbang ke luar negeri itu bukan sesuatu yang mahal. Yang perlu diperhitungkan
adalah perencanaan yang matang untuk bepergian, jadi apa yang dikeluarkan akan
sesuai dengan yang dibutuhkan. Hal ini juga yang membuat beberapa rekan saya
seringkali berkonsultasi dengan saya karena seringnya saya (yang bahkan mereka
sulit percaya) mendapat tiket murah, bahkan gratis. Salah satu cara yang selalu saya
rekomendasikan pada rekan kerja saya dan keluarga tentu saja, pilihlah Air Asia
untuk mewujudkan itu semua!
Air Asia Membawa Orang Tua Saya Terbang ke Hongkong |
Untuk saya,terbang saat ini
adalah suatu kebutuhan, bukan lagi kemewahan. Terbang menjadi kultur pada diri
saya dan kini menular pada keluarga saya. Perjalanan itu bukan tentang
tujuannya tetapi perjalanan itu sendiri kalau menurut kata bijak. Air Asia
menggerakkan kami untuk terus bepergian dan mengenal banyak orang dan budaya
yang akhirnya membawa kami untuk senantias berkaca pada diri dan mensyukuri
semua yang diberikan olehNya pada kami. Ya, Air Asia kini telah mengubah
pemikiran saya, menginspirasi, mewujudkan mimpi saya, dan bisa menerbangkan
keluarga saya yang sejak dulu hanya bisa bermimpi untuk terbang.
Bravo Air Asia, Selamat Ulang
Tahun yang ke-10! Terima kasih atas kesempatan menjelajah dunia dengan Air
Asia. Semoga semakin banyak kisah-kisah inspiratif dan mimpi yang bisa diwujudkan bersama Air Asia.
#Tulisan ini dibuat untuk
diikutsertakan dalam Kompetisi Blog 10 Tahun Air Asia Indonesia
Gresik, 28 Agustus 2014
00.15 WIB
Perjalanan wisata yang sungguh menarik .....kedepannya memang naik pesawat bisa jadi menjadi kebiasaan sehari-hari seiring dengan orang yang kaya tambah kaya he he he
ReplyDelete