Saya sejak dulu senang bila
bepergian menggunakan kereta api. Selain bebas macet,jarak tempuh ke suatu
tempat menjadi lebih singkat. Meski begitu, ada beberapa perjalanan saya yang
karena alasan teknis menjadi lebih lama dari seharusnya. Tidak hanya satu dua
jam saja, namun hingga lebih dari setengah hari untuk perjalanan kereta yang
seharusnya hanya ditempuh 4 jam.Tapi, entah mengapa, justru dari situlah banyak
cerita yang unik dan menjadi menarik yang saya alami.
Stasiun Boharan Kala Siang Hari |
Perjalanan kali itu adalah
perjalanan menggunakan Sancaka Sore hari Sabtu dengan rute Surabaya
Gubeng-Yogyakarta Tugu. Biasanya saya berangkat menuju Jogja pada Jumat malam.
Namun pada akhir minggu itu saya ada keperluan kantor dan baru bisa kembali ke
Jogja pada Sabtu Sore.
Stasiun Boharan Malam Hari |
Kereta Sancaka Sore berangkat
tepat pada waktunya dari Stasiun Surabaya Gubeng. Waktu itu jadwal
keberangkatannya masih pukul 15.00. Sepuluh menit kemudian, kereta berhenti di
Stasiun Woonokromo seperti biasa. Namun, hampir setengah jam, kereta tidak
kunjung berangkat. Saya yang kebetulan duduk di rangkaian bisnis depan sendiri
sempat turun dari kereta dan mengamati lokomotif dari dekat. Bahkan ada
beberapa anak muda yang asyik foto di depan lokomotif.
Lampu sinyal merah berubah
menjadi hijau, pertanda kereta siap berangkat menuju Jogja. Setelah berjalan
dengan tidak terlalu kencang, akhirnya kami sampai di Staiun Boharan. Sebuah
stasiun kecil di sekitar daerah Krian. Kereta berhenti cukup lama. Awalnya saya
pikir akan ada kereta lain yang lewat. Namun ditunggu cukup lama tidak ada
kereta apapun yang lewat. Dan ternyata, tidak tanggung-tanggung, kereta
berhenti selama kurang lebih 5 jam! Penyebabnya kini jelas, ada kereta di depan
kami yang anjlok sehingga lalulintas kereta api tersendat. Alih-alih merasa
sebal, saya justru asyik mengeksplorasi daerah tersebut. Menurut orang sekitar,
sebenarnya jaraknya ke jalan besar tidak terlalu jauh apabila ingin menggunakan
bus atau kembali ke Surabaya. Namun saya pikir tanggung karena saya sekalian
ingin jalan-jalan saja.
Menurut petugas stasiun, Stasiun
Boharan termasuk kereta yang jarang disinggahi oleh kereta api bahkan kereta
barang sekalipun. Jadi mendengar dari obrolan dan candaan rekan-rekan dari KAI
sendiri, petugas Stasiun Boharan kala itu sangat senang karena mendadak banyak
tamu. Di tengah areal persawahan dan tidak ada apapun di ssekitarnya, mendadak
jadi ramai. Kereta kami mulai jadi tontonan warga sekitar dan anak-anak mereka
yang sedang berjalan-jalan sore. Semakin malam, stasiun yang tadinya sepi
mendadak berubah penuh dengan aneka penjual makanan! Mulai dari es krim, susu,
bakso yang sampai 2 gerobak, mainan anak-anak dan banyak lagi! Penumpang yang
menunggu dan kelaparan pun menyerbu para penjual makanan tersebut, termasuk
saya tentunya.
Menanti |
Bergaya Ala Kepala Perjalanan |
Sore beranjak malam,dan pasar
malam dadakan masih saja setia meramaikan Stasiun Boharan itu. Saya pun masuk
ke dalam kantor stasiun dan mendapati kondektur kereta kami dan juga Kepala
Stasiun Boharan sedang mengobrol. Saya minta izin untuk bisa memasuki kantor
tersebut dan dengan ramah beliau berdua mempersilahkan saya masuk. Dengan raut
muka kelelahan, kondektur kami masih setia melayani dengan ramah pertanyaan
penumpang seputar kapan kereta berangkat lagi, ada kejadian apa, bisa di refund
tidak tiketnya dan sebagainya.
Saya duduk di ruangan itu dan
mengamati begitu banyak pernik stasiun yang belum pernah lihat. Saya yang sejak
dulu senang dengan kereta api malah justru memberikan banyak pertanyaan
mengenai ini itu kepada Kepala Stasiun. Bahkan saya sempat mencoba menggunakan
topi petugas pemberangkatan kereta api dan berpose menggunaakan sinyal
berangkat. Seorang bapak yang tadinya memperhatikan ternyata juga ingin berfoto
menggunakan topi tersebut da akhirnya mengikuti jejak saya. tak puas sampai di
situ, saya meminjamtopi kondektur dan justru asyik berfoto di depan tulisan
Stasiun Boharan dan juga Kepala Stasiun. Banyak yang menertawai saya, tapi
karena dari dulu saya kepingin ya kapan lagi. (Foto tersebut saya unggah ke
media sosial dan banyak dari teman saya yang bertanya apakah sekarang saya
pindah ke PT KAI hehehe).
Tidak Cuma itu saya juga
mempelajari sinyal sinyal mengenai perkeretaapian. Saya juga melihat bagaimana
cara petugas memindahkan jalur kereta, membaca posisi kereta dan sebagainya.
Sebuah pengalaman baru yang seru untuk saya. Saya juga menjadi sangat respek
dengan para petugas KAI yang senantiasa siaga untuk menjalankan tugsanya dengan
penuh tanggung jawab. Sebuah tanggung jawab yang tidak kecil karena lalai
sedikit saja, bisa terjadi kejadian yang fatal.
Berpose dengan Sesama Penggemar Kereta |
Setelah 5 jam berhenti, akhirnya
kereta pun diberangkatkan lagi menuju ke Yoyakarta. Para penumpang yang masih
setia menanti akhirnya masuk ke dalam kereta. Karena banyak enumpang yang
kembali ke Surabaya dan banyak kursi kosong, saya yang tadinya mendapat kelas
bisnis pun berpindah di kelas eksekutif.
Hanya berselang 2 stasiun, kereta
kami kembali berhenti. Kini di stasiun Kedinding. Sebuah stasiun kecil sebelum
stasiun Tarik. Kereta cukup lama juga berhenti di stasiun Kedinding. Saya pun
kembali meminta izin kepada Kepala Stasiun yang kala itu juga cukup senang
meski mendapat banyak tamu dadakan. Saya pun mengetahui untuk menjadi petugas
Stasiun benar-benar tidak mudah. Saya dtunjukkan sebuah buku panduan yang
sangat tebal yang merupakan panduan para Petugas Kereta Api untuk enjalankan
tugasnya sehari hari. Lebih luar biasanya lagi, beliau para petugas ini hafal
isinya. Salut!
Setelah masuk kereta api ekonomi
dari arah Yogyakarta, kereta kami bergerak lagi. Para petugas resto KA
membagikan mie dalam cup untuk para penumpangnya. Namun karena sudah mengantuk,
saya pun terlelap hingga akhirnya kereta tiba di Yogyakarta pada pukul 06.00
pagi.
Perjalanan yang mungkin cukup lama bagi suatu jarak yang harusnya bisa ditempuh hanya dengan 4 jam saja. Namun saya tidak jera juga untuk naik kereta api di banyak perjalanan saya. dalam perjalanan ini pun belajar mengenai arti sebuah dedikasi dan integritas dalam berkarya serta menjalankan tanggung jawab dari para petugas kereta api terutama di stasiun kecil dan perlintasan yang sepi. Sebuah hal yang patut diapresiasi! Maju terus PT Kereta Api Indonesia! Hidup Penglaju Kereta! :D
Gresik, 27 Agustus 2014
Widiarto Dwi Pracoyo
widiarto.pracoyo@gmail.com
*Tulisan Ini dibuat untuk diikutsertakan dalam kompetisi menulis #UntukKeretaku
No comments:
Post a Comment