Wednesday 27 August 2014

SATU MALAM BERSAMA SANCAKA SORE #UNTUKKERETAKU


Saya sejak dulu senang bila bepergian menggunakan kereta api. Selain bebas macet,jarak tempuh ke suatu tempat menjadi lebih singkat. Meski begitu, ada beberapa perjalanan saya yang karena alasan teknis menjadi lebih lama dari seharusnya. Tidak hanya satu dua jam saja, namun hingga lebih dari setengah hari untuk perjalanan kereta yang seharusnya hanya ditempuh 4 jam.Tapi, entah mengapa, justru dari situlah banyak cerita yang unik dan menjadi menarik yang saya alami.

Stasiun Boharan Kala Siang Hari
Perjalanan kali itu adalah perjalanan menggunakan Sancaka Sore hari Sabtu dengan rute Surabaya Gubeng-Yogyakarta Tugu. Biasanya saya berangkat menuju Jogja pada Jumat malam. Namun pada akhir minggu itu saya ada keperluan kantor dan baru bisa kembali ke Jogja pada Sabtu Sore.

Stasiun Boharan Malam Hari
Kereta Sancaka Sore berangkat tepat pada waktunya dari Stasiun Surabaya Gubeng. Waktu itu jadwal keberangkatannya masih pukul 15.00. Sepuluh menit kemudian, kereta berhenti di Stasiun Woonokromo seperti biasa. Namun, hampir setengah jam, kereta tidak kunjung berangkat. Saya yang kebetulan duduk di rangkaian bisnis depan sendiri sempat turun dari kereta dan mengamati lokomotif dari dekat. Bahkan ada beberapa anak muda yang asyik foto di depan lokomotif.

Lampu sinyal merah berubah menjadi hijau, pertanda kereta siap berangkat menuju Jogja. Setelah berjalan dengan tidak terlalu kencang, akhirnya kami sampai di Staiun Boharan. Sebuah stasiun kecil di sekitar daerah Krian. Kereta berhenti cukup lama. Awalnya saya pikir akan ada kereta lain yang lewat. Namun ditunggu cukup lama tidak ada kereta apapun yang lewat. Dan ternyata, tidak tanggung-tanggung, kereta berhenti selama kurang lebih 5 jam! Penyebabnya kini jelas, ada kereta di depan kami yang anjlok sehingga lalulintas kereta api tersendat. Alih-alih merasa sebal, saya justru asyik mengeksplorasi daerah tersebut. Menurut orang sekitar, sebenarnya jaraknya ke jalan besar tidak terlalu jauh apabila ingin menggunakan bus atau kembali ke Surabaya. Namun saya pikir tanggung karena saya sekalian ingin jalan-jalan saja.

Menurut petugas stasiun, Stasiun Boharan termasuk kereta yang jarang disinggahi oleh kereta api bahkan kereta barang sekalipun. Jadi mendengar dari obrolan dan candaan rekan-rekan dari KAI sendiri, petugas Stasiun Boharan kala itu sangat senang karena mendadak banyak tamu. Di tengah areal persawahan dan tidak ada apapun di ssekitarnya, mendadak jadi ramai. Kereta kami mulai jadi tontonan warga sekitar dan anak-anak mereka yang sedang berjalan-jalan sore. Semakin malam, stasiun yang tadinya sepi mendadak berubah penuh dengan aneka penjual makanan! Mulai dari es krim, susu, bakso yang sampai 2 gerobak, mainan anak-anak dan banyak lagi! Penumpang yang menunggu dan kelaparan pun menyerbu para penjual makanan tersebut, termasuk saya tentunya.

Menanti
Bergaya Ala Kepala Perjalanan
Sore beranjak malam,dan pasar malam dadakan masih saja setia meramaikan Stasiun Boharan itu. Saya pun masuk ke dalam kantor stasiun dan mendapati kondektur kereta kami dan juga Kepala Stasiun Boharan sedang mengobrol. Saya minta izin untuk bisa memasuki kantor tersebut dan dengan ramah beliau berdua mempersilahkan saya masuk. Dengan raut muka kelelahan, kondektur kami masih setia melayani dengan ramah pertanyaan penumpang seputar kapan kereta berangkat lagi, ada kejadian apa, bisa di refund tidak tiketnya dan sebagainya.

Saya duduk di ruangan itu dan mengamati begitu banyak pernik stasiun yang belum pernah lihat. Saya yang sejak dulu senang dengan kereta api malah justru memberikan banyak pertanyaan mengenai ini itu kepada Kepala Stasiun. Bahkan saya sempat mencoba menggunakan topi petugas pemberangkatan kereta api dan berpose menggunaakan sinyal berangkat. Seorang bapak yang tadinya memperhatikan ternyata juga ingin berfoto menggunakan topi tersebut da akhirnya mengikuti jejak saya. tak puas sampai di situ, saya meminjamtopi kondektur dan justru asyik berfoto di depan tulisan Stasiun Boharan dan juga Kepala Stasiun. Banyak yang menertawai saya, tapi karena dari dulu saya kepingin ya kapan lagi. (Foto tersebut saya unggah ke media sosial dan banyak dari teman saya yang bertanya apakah sekarang saya pindah ke PT KAI hehehe).

Tidak Cuma itu saya juga mempelajari sinyal sinyal mengenai perkeretaapian. Saya juga melihat bagaimana cara petugas memindahkan jalur kereta, membaca posisi kereta dan sebagainya. Sebuah pengalaman baru yang seru untuk saya. Saya juga menjadi sangat respek dengan para petugas KAI yang senantiasa siaga untuk menjalankan tugsanya dengan penuh tanggung jawab. Sebuah tanggung jawab yang tidak kecil karena lalai sedikit saja, bisa terjadi kejadian yang fatal.

Berpose dengan Sesama Penggemar Kereta
Setelah 5 jam berhenti, akhirnya kereta pun diberangkatkan lagi menuju ke Yoyakarta. Para penumpang yang masih setia menanti akhirnya masuk ke dalam kereta. Karena banyak enumpang yang kembali ke Surabaya dan banyak kursi kosong, saya yang tadinya mendapat kelas bisnis pun berpindah di kelas eksekutif.

Hanya berselang 2 stasiun, kereta kami kembali berhenti. Kini di stasiun Kedinding. Sebuah stasiun kecil sebelum stasiun Tarik. Kereta cukup lama juga berhenti di stasiun Kedinding. Saya pun kembali meminta izin kepada Kepala Stasiun yang kala itu juga cukup senang meski mendapat banyak tamu dadakan. Saya pun mengetahui untuk menjadi petugas Stasiun benar-benar tidak mudah. Saya dtunjukkan sebuah buku panduan yang sangat tebal yang merupakan panduan para Petugas Kereta Api untuk enjalankan tugasnya sehari hari. Lebih luar biasanya lagi, beliau para petugas ini hafal isinya. Salut!

Setelah masuk kereta api ekonomi dari arah Yogyakarta, kereta kami bergerak lagi. Para petugas resto KA membagikan mie dalam cup untuk para penumpangnya. Namun karena sudah mengantuk, saya pun terlelap hingga akhirnya kereta tiba di Yogyakarta pada pukul 06.00 pagi.



Perjalanan yang mungkin cukup lama bagi suatu jarak yang harusnya bisa ditempuh hanya dengan 4 jam saja. Namun saya tidak jera juga untuk naik kereta api di banyak perjalanan saya. dalam perjalanan ini pun belajar mengenai arti sebuah dedikasi dan integritas dalam berkarya serta menjalankan tanggung jawab dari para petugas kereta api terutama di stasiun kecil dan perlintasan yang sepi. Sebuah hal yang patut diapresiasi! Maju terus PT Kereta Api Indonesia! Hidup Penglaju Kereta! :D


Gresik, 27 Agustus 2014

Widiarto Dwi Pracoyo
widiarto.pracoyo@gmail.com


*Tulisan Ini dibuat untuk diikutsertakan dalam kompetisi menulis #UntukKeretaku 

No comments:

Post a Comment