Thursday 5 December 2013

Mengurus Paspor Sendiri : Gampang tapi Makan Hati

Travelling keluar negeri itu menyenangkan, apalagi dibayarin hehehe.... tapi menurut saya, untuk sesuatu yang menyenangkan itu tetap ada hal yang tidak menyenangkan untuk dilakukan, dan menurut saya membutuhkan pengorbanan besar adalah mengurus dokumen perjalanan yang disebut dengan PASPOR.

Mengurus paspor itu memang gampang. Tetapi memerlukan kesabaran dan hati yang selebar samudera Hindia menghadapi oknum-oknum yang kurang simpatik. Sebagai kuli penggemar jalan-jalan, ada beberapa masalah ketika saya terpaksa harus mengurus paspor. Pertama adalah waktu mengurus paspor yang mengharuskan saya bolak-balik dari pabrik ke Imigrasi yang jaraknya tidak dekat diantara kesibukan di kantor. Datang pertama untuk menyerahkan berkas, datang kedua untuk foto dan wawancara, datang ketiga untuk pengambilan. Ingat, semua itu dilakukan di hari kerja dan jam kerja. Bisa dibayangkan sulitnya mencari waktu 3 kali ijin dari pabrik setidakya setengah hari tiap pergi. Kenapa tidak online dulu? Imigrasi yang terdekat dengan pabrik belum menggunakan sistem online. Kalaupun online, itu tidak berlaku dan tetap harus mengantri di Imigrasi langsung.

Masalah kedua, saya termasuk orang yang ogah mengeluarkan duit lebih untuk hal yang sebenarnya tidak perlu saya lakukan. Bayangkan, untuk paspor 48 halaman yang seharga Rp 255.000, saya harus membayar 3 kali lipat lebih, meskipun enaknya saya tinggal janjian kapan luang tinggal foto dan wawancara. Sisanya tahu beres, dan paspor sudah di tangan. Tidak ribet, paspor di tangan,majikan senang karena buruhnya nggak kemana-mana hehehe.

Mengingat bulan Maret 2014 saya hendak pergi ke Australia dan harus apply visa, saya berniat dan membulatkan tekad untuk mengurus paspor sendiri, daripada saya harus bayar mahal-mahal. Dan, memang, kesabaran dan kebesaran hati mutlak diperlukan ketika mengurus paspor sendiri.

Kamis, 28 November 2013, kebetulan bos-bos pada pergi dan akhirnya saya memutuskan untuk memperpanjang paspor saya yang expirednya masih 1 Desember 2014. Sebenarnya keinginan memperpanjang paspor ini berawal dari ketakutan saya kalau visa Australianya ditolak karena masa berlaku paspor kurang dari 1 tahun. Padahal menurut informasi, paling tidak diatas 6 bulan. Yasudah, daripada ragu-ragu, lebih baik saya ganti alamat paspor. Berangkatlah saya naik Pitjul ke Imigrasi tersebut. Sampai di sana sekitar pukul 10.00. Saya melihat, tidak terlalu ramai. Saya masuk dan tanya ke satpam prosedur mengurus paspor di Imigrasi itu. Pak satpam hanya menjawab : “Wah mas, sudah tutup. Tuh, petugasnya sudah nggak ada” katanya sambil menunuk meja informasi dengan tulisan ‘TUTUP’. “Kalau mau mas bisa beli formulir di koperasi dulu” . Dilihat dari jam kerja, penyerahan berkas berakhir pukul 11.00 tapi kok jam 10 sudah tutup. Okelah, saya turuti untuk beli blangko dan fotokopi persyaratan. Setelah saya isi, saya kembali ke depan dan mencari petugas untu ditanyai.dan tidak ada satupun petugas yang tampak. Saya menuju meja resepsionis dan muncullah ibu-ibu judes: “Mas,sudah tutup!” sambil membentak. Saya balik bertanya “Lalu saya harus bagaimana bu?  Saya ingin tahu prosedurnya”. Dengan masih ngomel, menggerutu, muka judes si ibu menjawab “Dibilang sudah tutup ya sudah tutup!” . “Lalu saya harus bagaimana? Saya kan tanya bu, saya harus bagaimana”. Dan akhirnya dengan decakan keras dari si ibu dan rentetan omelan, “Ah, sudah, sini, saya kasih nomer saja. Sudah dibilang tutup dari tadi kok! Ini dibatesin mas, per hari 100. Jadi tidak menumpuk!” katanya sambil menjepret nomer antrian 80 di map berkas saya. Ya, 80! Masih 80 orang dan dia bilang sudah penuh? Oke, saya biarkan saja, meski saya sudah dongkol setengah mati. Akhirnya tak berapa lama nomer saya dipanggil. Setelah dipanggil,  saya tidak bisa perpanjangan paspor karena expirednya yang masih lebih dari 6 bulan. Saya yang berpikir bisa perpanjangan hari itu juga, akhirnya kecewa terpaksa pulang dan LUPA kalau saya harus mengganti alamat paspor dari alamat Jogja ke Gresik. Ya, saya lupa, salah satunya karena saya sudah emosi duluan dengan ibu-ibu judes yang di depan tadi.

Sampai di kosan,saya langsungmenyesal,kenapa nggak tadi diurus sekalian, dan terpaksa deh saya mengulang proses yang sama untuk ke imigrasi lagi. Akhirnya dengan membulatkan tekad yang kuat untuk kedua kalinya, saya kembali ke imigrasi untuk mengurus penggantian alamat paspor. Tanggal 4 Desember 2013 datanglah saya kesana jam 7.15 dimana pintu gerbang masih ditutup dan karyawan belum banyak yang datang. Ya, karena apel pagi baru dimulai jam 7.15 dan jam kerja pukul 8. Setelah apel, saya buru-buru masuk untuk mengumpulkan berkas dan kelengkapan. Di meja depan, ada satpam yang mengumpulkan berkas. Saya yang datang paling pagi langsung mengumpulkan dan diletakkan di bawah sendiri. “Pak, ini urutannya bagaimana? Saya kan paling bawah, itu yang pertama apa bagaimana?” tanya saya ke pak satpam. “Ooh, tenang pak, saya kan yang menumpuk. Pasti urut dari bawah. Tenang saja” kata pak satpam.

Setelah jam 8, tumpukan berkas dimasukkan ke di meja resepsionis untuk diberi nomor urutan. Dan sayangnya yang ke sana adalah si Ibu Judes dan satu temannya yang masih lebih muda tapi tidak kalah Juteknya. Daaaan... dengan kasarnya mereka mengambil dengan asal tumpukan itu. Saya mulai was was kalau tidak dapat urutan awal mendekati mereka, ”Bu, ini urut numpuknya lho, yang paling bawah yang paling pagi”. Dengan ketus dan menyebakan si judes berkata, “Bapak duduk aja sana, jangan banyak tanya. Nanti nggak selesai-selesai kalau ditanya- tanya melulu”. DAMN! Ini pelayanan macam apa!? Dan setiap kali si Judes selalu berkata kepada orang yang berdiri di dekatnya menunggu berkasnya “Pak, Bu, duduk aja sana, jangan berdiri aja di situ. Sana, cari kursi”. Mendadak saya ingat, kalau memperpanjang paspor dan mengganti alamat paspor kan prosedurnya beda. Baliklah saya ke ibu yang tadi, “Bu, saya mau tanya, apakah prosedur penggantian alamat paspor sama dengan mengurus baru”Dijawab lagi sama si Judes”Pak, bapak duduk saja deh, nggak akan kelewatan kok. Prosedurnya ya sama lah. Coba bapak duduk dulu aja, nanti dipanggil!” Oke, kali ini saya memilih menjauh dari semburan hujan lokal yang memuakkan itu. Dan saya yang datang paling pagi dapat nomer 51! Bahkan orang yang baru datang dan menumpuk berkas justru dapat urutan kecil.

Sepanjang saya mengamati, saya makin mangkel dan terbesit pikiran kayaknya si Judes ini belom pernah makan sandal jepit pake beling dan ditampar pake tabung gas 3 kg. Setiap ada orang yang mendekat membawa map aplikasi berkas selalu saja diterima dengan tidak simpatik. Di mejanya sih memang tertulis pusat pengaduan, tapi kalau orangnya kayak gitu, mana ada yang mau ngadu adanya juga pengen ngeroyok si Judes itu. Ada bapak dan ibu setengah bawa membawa aplikasi dalam map berwarna biru muda yang saya akhirnya tahu itu adalah map berkas imigrasi tapi versi lama. Sampai di depan si Judes, justru si bapak dibentak, “ Pak, ini map siapa yang minta? Bapak beli dulu deh di belakang sana di koperasi. Map nya itu harus seragam Bapaaaaaak” katanya dengan “a” panjang yang sangat menyebalkan. Si Bapak akhirnya kembali dari koperasi dan menukar berkasnya ke dalam map baru. Eh, si Judes komentar lagi “Paaaaaaaaak, ini kok nggak ditulisin map nya? Ditulis dulu siniiiiiiiii!” katanya sambil menunjuk-nunjuk map Bapak itu. Saya Cuma bisa diam. Kalau nggak ingat lagi butuh penggantian alamat paspor, rasanya pengen adu mulut deh sama si Judes.

Semakin diamati, si Judes nggak juga tobat. Omelan dan celetukan macam “Ini kok belom diisi?dilengkapi dulu sana!” atau Buuuuuu, ini aslinya kok disini. Bawa aja! Kalau ilang siapa yang tanggung jawab? Saya yang harus tanggung jawab!?” katanya sambil menunjuk-nujuk dokumen aslinya. Kalau dia nggak pake seragam, mungkin saya berpikirada orang nggak waras lagi nongkrong di situ. Tambah lagi, jam setengah 9, setengah jam si judes memaki-maki banyak orang, bagian pengaduan tersebut “TUTUP”. Dan si judes 1 dan dingin 2 pergi dari situ dengan membawa tas. Entah kemana...

Setelah mengantri, giliran saya dipanggil. Karena saya kemarin sudah diverifikasi, saya menyampaikan kalau hanya ingin ganti alamat. Untung petugas loketnya baik-baik. Dan, jawabannya sungguh mengejutkan “Pak, kalau ganti alamat, langsung saja ke loket sebelah. Nggak perlu foto dan wawancara”. WHAT!? Jadi dari tadi saya harusnya bisa langsung? Dasar Judes! Pengen tak jambak-jambak tenan! Saya tanya ke mbak loket yang baik itu, kalau pasor saya jadi, apakah bisa diambil oleh orang tua? Kata mbak baik itu sih bisa, asal orang tua kandung.

Di loket sebelah, Paspor saya dijanjikan selesai dalam waktu 4 hari. Bisa diambil jam 1 siang. Ketika saya konfirmasi lagi apakah bisa diambil oleh bapak saya, Si bapak dengan (sok) wibawanya “Wah, tidak bisa pak, ini dokumen negara. Berbahaya kalau diambil orang lain”. Lah, kata loket sebelah boleh. Saya bilang seperti itu ke si bapak, malah saya disuruh memastikan ke mbak mbak di loket sebelah. Dan ternyata memang bisa. Nah justru di situ mereka berdebat sendiri. Yang satu bilang boleh yang satu bilang tidak boleh. Mbak baik keukeuh “Bisa diambil orang tuanya kok pak”. Si Bapak membalas “Lha gimana kita tahu kalau yang ngambil orang tuanya?” . Duh jan, mereka aja nggak standar gitu prosedurnya. Mau menunjukkan kalau yang ambil itu bapak saya? Kan ada Kartu keluarga saya, ada akta, ada ijazah, ada tes DNA, kalau perlu saya bawa bidan yang dulu ngelahirin saya deh!

Sekarang saya lagi deg-deg-an muga-muga besok gampang deh ambil paspornya. Tapi setidaknya buat yang mau mengurus paspor sendiri, siapkanlah waktu dan hati anda selebar samudera untuk menghadapi orang-rang macam itu. Pelajaran lain, saya mending ke imigrasi satunya daripada imigrasi ini. Meski lebih jauh dari pabrik, di sana bisa online dan katanya peayanannya jauh lebih ramah. Alternatif terakhir, daripada mood dan kerjaan saya berantakan gara-gara Si Judes, mendingan pake calo deh. Mau berantas calo di Imigrasi? Harusnya kanit imigrasi NGACA dulu! Kenapa orang lebih milih pake calo dan agen daripada ngurus sendiri. La wong beberapa oknumnya diajak ngomong bahasa manusia aja nggak bisa.... Maju terus birokrasi Indonesia!


Selamat berjuang kawan! :D


*2 minggu kemudian saya kembali keImigrasi dan mendapati si ibu judes masih idup aja. Setelah saya mengantri dan menyebutkan no paspor, mereka bilang berkasnya masih dicari.LAH!? saa udah khawatir kemana paspor saya.Setlah 3 jam menunggu, paspor saya ditemukan dan BELUM DIGANTI ALAMATNYA! langsung sama petugasnya disusulkan, dan untungnya prosesnya tidak terlalu lama. terpampang sudah print alamat baru rumah saya. whew, hanya menambahkan seperti itu tapi makan ati... Dan si U-60, Paspor Hijau saya itu sekarang sedang dalam perjalanan menuju jakarta. Bawa kabar baik yaaaak, bawa itu visa Ausie ke tangankuuuh :D

Monday 16 September 2013

Weekend Escape : Menjangan Island

Sejak dari kecil, kayaknya yang namanya "tidak betah di rumah kalau sedang liburan" sudah benar-benar melekat. rasanya kalau pas liburan diem aja di rumah rasanya hidup jadi kurang afdol. entah keluar sebentar atau cuma beli detergen di warung sepan rumah, pokoknya kalau liburan itu nggak lengkap tanpa keluar rumah.

Kebiasaan itu terbawa deh sampe udah mulai tua. rasanya kalau wiken hanya ngendon di kamar, curiga tau-tahu hari senen ada telor ayam yang netes jadi ayam. Makanya saya terkadang ngabur tanpa perencanaan yang jelas pada waktu wiken.

Saya beberapa kali bepergian hampir selalu melakukan perencanaan yang matang. dari sini ke sini naik ini, dari sana ke sana pake itu. habis gini, terus gitu, mau gini kudu lewat sini biar ngirit dan hal-hal yang seperti itu. Nah, saya mendadak kepengen berlibur, sendiri, nggak kenal siapa-siapa dan nggak berencana mau ke mana. ternyata spontanitas itu terkadang lebih seru.

Berbekal browsing-browsing singkat mengenai liburan di jawa timur, akhirnya saya terpikat dengan Pulau Menjangan, mengingat aksesnya sulit-sulit gampang, dan yang jelas dari gambaran si google, kayaknya sih bagus.

Browsing rabu malam, akhirnya keesokan sorenya saya sudah mengantongi tiket kereta api menuju Banyuwangi untuk hari Jumat malam. saya merasa semangat mengingat ini perjalanan saya yang benar-benar tanpa rencana. tidak tahu mau ngapain, naik apa, ketemu siapa, ke mana, dan sebagainya.

Matahari Terbit di Selat Bali
Hari jumat malam, Kereta Mutiara Timur yang membawa saya datang. saya duduk di kursi saya, dan tahu-tahu datanglah seorang bapak,membawa 2 ekor ayam di dalam keranjang! ealah... untung si mbak dan mas poluska tampaknya cukup sigap untuk menyuruh si ayam naik di kereta makan saja. mana si bapak ngotot pula.... untunglah, dengan sedkit paksaan, akhirnya tu bapak rela melepaskan ayamnya ditaruh di kereta makan.

saya pikir bakalan tidur nyenyak di kereta yang adem itu. ternyata, boro-boro tidur nyenyak, di setiap stasiun  dimana kereta berhenti, terdengar suara bel seperti isyarat kereta mau brangkat di dalam gerbong. suara kencangnya bel itu ditambah dengan pemberitahuan yang gak kalah kencengnya dari si kondektur, membuyarkan angan saya untuk tidur nyenyak di dalam kereta.

Matahari belum muncul ketika saya menjejak Banyuwangi. berjalan kakilah saya di tengah pagi buta utuk naik kapal feri yang akan membawa saya menuju pelabuhan gilimanuk. Sesampainya di Gilimanuk, saya menuju ke terminal gilimanuk, dimana terdapat angkutan umum Gilimanuk-Singaraja berwarna merah yang akan membawa saya menuju Labuan Lalang, titik penyebrangan menuju Pulau Menjangan. ongkosnya tidak mahal, hanya 10 ribu saja.
Jalan Menuju Labuhan Lalang dari Gilimanuk


Starting Point
Sampai di Labuan Lalang, ternyata hanya setengah jam dari pelabuhan dan masih sangat sepi. Ketika saya mengutarakan sama Bli Komang (salah satu guide di sana) ternyata untuk solo traveler seperti saya lebih baik menunggu rombongan para bule yang mau snorkling. kalau saya mau sewa kapal, peralatan snorkling, dan guide, saya dikenai 350 ribu. buset dah, mendingan nungguin share. lagian kalo saya pergi ke sana sendirian kan aneh. Akhirnya setelah 2 jam menunggu, datanglah rombongan bule yang mau snorkling dan diving. saya dikenai 200 ribu untuk menyebrang dan menyewa peralatan snorkling. okelah, saya rasa itu harga yang pantas daripada saya jauh-jauh ke Labuan Lalang cuma buat nonton mereka jalan ke pulau menjangan. lagipula harga itu sudah mencakup guide, kapal, dan peralatan snorkling. tapi belum makan siang. untungnya saya bawa roti sama air mineral gede. lumayan lah, buat mengganjal ntar.

Labuan Lalang
Berangkatlah saya bersama 10 bule. catatan yah, dari sebanyak itu pengunjung pulau menjangan yang mau snorkling, hanya saya orang lokalnya selain dari pemandunya sendiri. saya bahkan dikira bukan orang Indonesia. pikir mereka orang Kenya kali ya. akhirnya saya berkenalan dengan salah seorang mbak-mbak di depan saya. Meirine (itu sih yang saya denger) asalnya dari jerman, dan juga Alex dan Pitier, 2 orang pria asal Belanda  (yang pada akhirnya saya tahu bahwa mereka adalah pasangan gay yang habis menikah di Belanda dan berbulan madu di Bali).

Untungnya Meirine itu sendirian juga karena suaminya ikut diving dan dia memilih snorkling. jadinya sih saya sama tu dua orang Belanda renangnya deket-deketan. dan wow bener deh namanya snorkling di pulau menjangan itu bener-bener luar biasa. pertama kali nyemplung dari kapal, saya bingung, ini mata saya yang rabun (sebenernya memang rabun) atau dasar lautnya nggak keliatan.ternyata di bawah saya adalah palung yangbener-bener dalem sampe matahari aja nggak nembus ke dasarnya. wooooww.. sampe deg-degan berenang di situ. bayangin aja, landscape pantai-karang landai-dan akhirnya langsung palung itu bikin yang nggak biasa snorkling atau berenang pasti akan kaget.

Tapi pengalaman snorkling di sini benar-benar luar biasa. karang dan tanaman lautnya masih subur, ikan warna-warni, geromlolan ikan yang lewat di bawah kita dengan santainya, bintang laut biru yang bertebaran di mana-mana... bener-bener suatu pemandangan yang luar biasa!

Setelah kurang lebih satu jam, kapal menjemput kami dan saatnya makan siang. saa makan roti, sementara itu bule-bule disediain minuman dingin sama makanan dalam box *kriuuuk*.. ada sesi istirahat selama 1 jam. bagi yang ingin makan di pulau dipersilahkan. tapi karena saya terkapar gara-gara gerbong kereta yang berisik itu, akhirnya saya memilih utuk beristirahat di kapal.

Setelah sesi istirahat, kami meneruskan snorkling di spot yang kedua. letaknya di depan pura yang ada patung ganesha raksasa. rasanya eksotik banget dan wah banget. ada pura di pinggir pantai, sementara kita snorkling di bawahnya sambil menikmati alam bawah laut. Si turis Prancis yang satu kapal sama saya sempet menangkap ikan gendut jinak warna ungu dan kita sempet foto-fot pake kamera bawah air sama tu ikan.

Akhirnya batas untuk mengunjungi Taman Nasional Bali Barat selama 4 jam sudah habis. Kami harus kembali merapat ke Labuan Lalang diiringi dengan ombak yang mulai meninggi. Dijamin deh bagi yang mabuk laut, bisa pingsan saking stressnya karena ombaknya gedhe banget. Merapat di pulau bali, para bule kembali ke habitat masing-masing atau menuju detinasi selanjutnya. lah, saya? saya yang masih bingung, akhirnya memutskan untuk menuju Papuma, Jember (yang akhirnya hanya rencana karena kecapekan).

Pulau Menjangan adalah salah satu tempat yang wajib dikunjungi bagi penggemar wisata laut dan bawah laut. Apalagi, karena masih sulit dijangkau, dan banyaknya orang yang belum ke sana membuat Pulau Menjangan masih sangat terjaga dan masih sangat cantik. Lumayanlah buat destinasi ngabur wiken atau destinasi kalau sedang galau....

Yang jelas, makin cinta sama alam Indonesia deh, setelah mengunjungi Pulau Menjangan. Bule-bule yang dari jauh aja pada dateng, masa yang orang Indonesia sendiri malah belum ke sana? :D

Monday 26 August 2013

SIAP, LAKSANAKAN PERINTAH!

Suatu ketika saya melakukan rekrutmen di Jogja. Pengalaman rekrut sih mugkin sudah biasa,tetapi yang menjadi menyenangkan adalah ini pertama kalinya saya naik pesawat baling-baing ATR dengan ketinggian jelajah yang tidak terlalu tinggi sehingga pemandangan di luar lebih kelihatan. Ya, setidaknya saya terpaksa membayar kelebihan bagasi sih, karena jatah bagasi untuk penumpang hanya 15 kg dan saya harus membawa macam-macam peralatan rekrut sampai ke spanduk dan umbul-umbul.

Waktu itu atasan saya meminta saya membawa bendera produk-produk perusahaan kami sebagai media promosi dan menyemarakkan lokasi tes. Ketika tes berlangsung, saya diminta atasan saya untuk menurunkan dan melipat bendera-bendera itu segera karena akan di bawa ke Semarang esok harinya. Saya mengiyakan, namun tidak langsung melaksanakannya. Ternyata tiba-tiba, tanpa mendung, turunlah hujan deras badai. Alhasil bendera-bendera itu basah kuyup. Di bawah tatapan tajam bos, “Sekarang bagaimanapun caranya, bendera-bendera ini kering ketika di Semarang besok”. Alhasil, sesorean, sampe malam, saya tidak sempat beristirahat, karena sibuk menari dan menunggui bendera-bendera tersebut di keringkan di Laundry.....


 
Moral of the story : kalau sudah diperintahkan segera dijalankan. Jangan ditunda tunda yak :D

Monday 29 April 2013

TEMAN JALAN

Perjalanan ini, terasa sangat menyakitkan, kalau engkau tak duduk di sampingku, Kawan...
Penggalan lagu dari Ebiet G. Ade tersebut menyadarkan saya, betapa banyak perjalanan yang saya lalui dengan orang lain. Meski seringkali saya jalan-jalan sendiri, namun untungnya, saya tidak pernah sendirian di setiap perjalanan saya.

Curhatan di postingan kali ini saya dedikasikan untuk mereka, yang telah membuat banyak cerita di dalam setiap perjalanan saya, Tanpa Kalian, nggak akan seru deh jalan-jalannya :)


Trainer Community atau TC dan biasanya diplesetkan menjadi Traveler Community karena seringnya kami jalan-jalan (With Trainer Community)
-CANDI RATU BOKO-

 Jalan-Jalan tidak perlu mahal, ke Dieng saja sudah seru (With bapak, ibu, dan tante)
-DIENG PLATEAU-

Gimana nggak suka jalan-jalan, tetangga RT diajakin jalan aja pada kompakan (With X Community GPA)
-KETEP-SELO-BOYOLALI-

Nonton OVJ di Prambanan pun Dijabanin, yang penting jalan-jalannya (With Pasthika, Theda, Mas Pam)
-PRAMBANAN-

Masuk labirin sumur Upas? Nggak perlu takut, ada mas ojek yang siap jadi pemandu dan fotografer (Mas Siapa yah?)
-SITUS MAJAPAHIT - TROWULAN-


I'm SoLucky, dilahirkan di tengah keluarga yang sangat menyukai jalan-jalan (With Widtamiko's Family)
-CHINATOWN, SINGAPORE-

Jalan-Jalan nggak lengkap tanpa sahabat mungil setia saya, Pitjul.Motor asli Jogjakarta yang diekspor khusus keGresik untuk menemani saya jalan-jalan (With Pitjul)
-SURAMADU, JAWA TIMUR-


Dari teman jalan, bisa ketemu teman jalan yang lain lagi. Itulah kenapa harus banyak teman (With Theda and Lely)
-BU AGENG, YOGYAKARTA-

Traveling paling asik bareng temen yang menginspirasi buat jalan, jalan. Salah satunya cewek tangguh ini (With RizkaRie)
-UNIVERSAL STUDIO, SINGAPORE-

Jangan Pernah takut untuk jalan sendiri, karena selalu ada teman baru di suasana baru (with Anish Chandran)
-UNIVERSAL STUDIOS, SINGAPORE-

Rencana yang nggak terduga malah kadang jadi. (With Ikekus, Theda, Mas Pam)
-BROMO, JAWA TIMUR-

KApan lagi main ke pulau indah yang terpencil kalau nggak ada teman di sana? senang bisa ketemu dengan orang-orang hebat yang menginspirasi (With BalaBawean)
-PULAU BAWEAN, JAWA TIMUR-


Pikinik Keluarga seru juga loh. apalagi keluarganya di tempat tujuan wisata hehehe (With Mas Ari's Family)
-LOMBOK, NTB-

MAlaka? Sendiri? Siapa Takut. Thank'sTo William yang sudah rela menjadi fotografer saya (with William)
-MELAKA-MALAYSIA-

Ikut Open Trip bisa tambah temen baru. bisa banget malah. salah satu open trip paling berkesan adalah di sini, dimana banyak keseruan dan kegilaan bersama (with Genk Baluran)
-TAMAN NASIONAL BALURAN, JAWA TIMUR-

Pikinik Keluarga Besar emang seru. apalagi semua sepupu suka ngelayap nggak jelas (With Sepupu Kel. Wardjan)
-GOA PINDUL, YOGYAKARTA-

Tidak perlu beramai-ramai, sendiri juga nggak masalah.banyak temen baru. bule semua pula (With siapa aja yah dulu?)
-PULAU MENJANGAN, BALI BARAT-

Blessing in disgusie. karena nggak ada kegiatan, akhirnya malah ngelayap ke malang, dan thank's to diklat Petro,kok ya pas ada training in house. nebeng deh (With Rilant, Fajar, Bara)
-MALANG JAWA TIMUR-

Sahabat tidak pernah ada habisnya. 20 tahun besama bukan waktu yang singkat dan bukan sesuatu yang mudah untuk dijalani. Luar biasa! (With Inna and Irfan)
-BOROBUDUR SUNRISE, MAGELANG_

Naik Gunung bukan monopoli kaum muda. Bapak dan ibu bener-bener hebat bisa sampai ke puncak dengan medan yang seperti ini. (With bapak and ibu)
-BUKIT NGLANGGERAN, YOGYAKARTA-

Ini Makasar Mi! MAsih Indonesia, dan masih banyak orang baik di sekitar kita. (With Mas Rama, Mas Reza, Mas Azim)
-BANTIMURUNG, MAKASSAR-

Salah satu perjalanan trip paling luar biasa yang pernah saya lakukan. Ini perjalanan penuh dengan orang-orang hebat yang menginspirasi (With Sarangheyo Team)
-TAMAN NASIONAL UJUNG KULON, BANTEN-

Para Pemburu Promo ini memang nggak ada matinya. dari dini hari sampai dini hari nggak kalah staminanya buat mengejar apa yang ingin dilihat (With Mbak maya, MAs Ari, Theda)
-PENANG, MALAYSIA-

Tidak direncanakan, tetapi bertemu lagi dengan orang-orang gokil dan luar biasa.
-PULAU PARI, KEPULAUAN 1000-


Perjalanan pertama, yang membuka mata saya tentang betapa luasnya dunia ini untuk dijelajahi. benar-benar sebuah perjalanan yang saya anggap sebagai titik awal saya mempunyai keinginan kuat untuk menjelajah dunia (With Rini, Rizka, dan Is brother)
-KARIMUNJAWA, JAWA TENGAH-

Backpacker ala keluarga Wardjan. Kayaknya ketagihan deh. tapi ala koper ahahah (With Nandi and Nindha)
-PULAU BALI-

Jalan-jalan sama kantor? kenapa tidak? nggak cuma kerjaan, jalan-jalan pun maju (With CanbangHI team)
-BATU, MALANG-