Thursday 28 August 2014

Air Asia : Jawaban dari Mimpi

Saya masih bisa mengingat satu frame ketika mengantarkan saudara saya kembali dari Yogyakarta pada dekade 90an. Sebuah gambar mengenai mahal dan mewahnya naik pesawat. Hanya orang yang berkocek tebal yang mampu terbang, pikir saya waktu itu. Jangankan untuk mencicipi naik pesawat, boro-boro mendekat, keluarga saya mana ada yang mampu untuk membeli tiket pesawat kala itu.

Bangkok, 1st Time with Air Asia
Pemikiran itu saya bawa seiring dewasa. Kalau ingin bepergian, ya jangan menggunakan pesawat. Pakai kendaraan sendiri saja. Biar irit, bisa banyak pula isinya. Jangankan kepikiran ke luar negeri naik pesawat, pemahaman saya waktu itu adalah ke Jakarta naik bus saja sudah luar biasa mahalnya. Hal inilah yang membuat saya selalu punya pilihan destinasi kalau tidak ke Jakarta, ya ke Bali. Pokoknya bisa dijangkau dengan kendaraan pribadi.

Namun seiring dengan perkembangan teknologi dan arus globalisasi, perubahan kebijakan dan strategi perang transportasi udara membawa angin segar bagi para rakyat biasa seperti saya. perang tarif antar maskapai pun semakin gencar, dan akhirnya mulai datang kesempatan saya untuk menaiki burung besi ini. Impian yang tadinya terlihat tidak mungkin, kini menjadi sesuatu yang nyata. Namun pada tahun itupun, image saya mengenai dunia penerbangan masih sama seperti dulu. Masih penuh dengan kemewahan dan kesan terlalu mahal masih melekat dalam benak saya. Beberapa kali terbang pun pandangan saya naik pesawat tetap sama, mahal! Apalagi ketika saya mendapatkan hibah tiket untuk bepergian ke Singapura, kesannya saya tidak akan bakalan mampu untuk membeli tiket pesawat.

Sebuah image yang melekat mengenai orang kaya saja yang bisa terbang kemudian sedikit terkikis setelah saya bepergian ke Bangkok bersama dengan keluarga besar saya pada Akhir Desember 2007. Air Asia? Pesawat dari mana itu? Sampai Bangkok nggak itu? Keraguan menggunakan maskapai murah justru hinggap di saat sebelum berangkat. Apalagi waktu itu boradingpass air asia hanyalah secarik sobekan kertas tanpa nomor tempat duduk yang membuat saya dan sepupu saya untuk berlari menuju pesawat untuk mendapatkan tempat duduk dalam 1 deret. Bukannya kapok, namun justru itu menjadi sebuah keasyikan tersendiri dan kenangan yang lucu untuk kami.

Mengenal Banyak Orang dan Kultur
Tujuh tahun berlalu dari kejadian itu, siapa sangka, penerbangan “murah” itu justru menjadi sahabat terbang saya sampai saat ini. Tidak hanya saya, mungkin dunia pun mengakui bahwa Air Asia menjadi leader di kelasnya. Menyabet gelar sebagai Maskapai Budget Rendah selama bertahun-tahun tentu saja tidak lepas dari kerja keras dan dedikasi Air Asia untuk mewujudkan impian banyak orang untuk bisa terbang. Tag “Now Everyone Can Fly” tampaknya bukan hanya isapan jempol belaka. Banyak cerita inspiratif dari banyak orang yang berhasil mewujudkan mimpinya untuk terbang bersama Air Asia. Dari yang akhirnya disiplin menabung untuk mewujudkan mimpinya, memberi hadiah untuk keluarganya naik pesawat, hingga orang-orang yang berhasil terbang menjejakkan kaki di seluruh dunia dengan Air Asia, dari yang tidak mungkin, kini bisa menjadi kenyataan.

Tidak hanya kisah dari orang lain, Air Asia kini secara tidak langsung mengubah banyak pemikiran dalam diri saya. Saya selalu membayangkan terbang itu mahal, kalau murah itu nggak aman. Namun Air Asia mampu menepis pemikiran itu. Saya akhrinya mempunyai perubahan mindset bahwa suatu perjalanan itu tidaklah ribet dan juga tidak mahal. Bawa apa yang kamu perlukan, bayar sesuai yang kamu butuhkan. Salah satu konsep berpikir ini saya dapatkan setelah beberapa kali naik pesawat terbang. Saya mulai menyadari memang ada kemewahan yang didapatkan ketika naik Full Board Airlines,tapi saya selalu menentang, wong saya hanya ingin pergi dari sini ke sana kok,untuk apa saya bayar lebih mahal untuk fasilitas yang sebenarnya tidak terlalu saya butuhkan?

Perubahan itu tidak hanya dalam aspek”membayar apa yang dibutuhkan” tetapi saya kini berubah dari sosok yang selalu ribet dalam bepergian, menjadi sosok yang sangat ringkas dalam bepergian. Istilah kerennya sih light traveller :D terinspirasi dari penambahan biaya-biaya bagasi saya justru berpikir bagaimana saya tida perlu membayar penambahan biaya, namun cukup membawa barang yang saya butuhkan dalam satu ransel. Selain ringkas, juga barang yang saya bawa sesuai dengan kebutuhan.

Terbiasa Menjadi Solo Traveler
Hal yang saya dapatkan dari memburu mimpi saya dengan begadang demi mendapatkan tiket murah adalah keberanian mengambil keputusan. Tak jarang tiket yang saya beli adalah untuk periode penerbangan tahun depan, atau bahkan belum pasti bisa berangkat atau tidak. Saya juga belajar untuk siap dengan segala kemungkinan terburuk sebagai konsekuensi dari pembelian tiket saya yang terlalu jauh termasuk hangusnya tiket saya akibat Visa Australia yang ditolak. Tapi itu harga yang pantas untuk membeli mimpi saya menjelajah dunia. Saya tidak kapok, justru saya semakin bersemangat dan tertantang untuk menjelajah dunia.

Tiket PromoKE Penang Bersama Sahabat
Kini, saya ditempeli predikat AGI alias Anak Gaul Internasional oleh rekan kerja saya di kantor karena banyaknya penerbangan saya ke luar negeri. Bahkan beberapa menilai saya boros dan menghamburkan uang banyak untuk bepergian. Namun saya tekankan kepada mereka satu hal,terbang ke luar negeri itu bukan sesuatu yang mahal. Yang perlu diperhitungkan adalah perencanaan yang matang untuk bepergian, jadi apa yang dikeluarkan akan sesuai dengan yang dibutuhkan. Hal ini juga yang membuat beberapa rekan saya seringkali berkonsultasi dengan saya karena seringnya saya (yang bahkan mereka sulit percaya) mendapat tiket murah, bahkan gratis.  Salah satu cara yang selalu saya rekomendasikan pada rekan kerja saya dan keluarga tentu saja, pilihlah Air Asia untuk mewujudkan itu semua!

Air Asia Membawa Orang Tua Saya Terbang ke Hongkong
Untuk saya,terbang saat ini adalah suatu kebutuhan, bukan lagi kemewahan. Terbang menjadi kultur pada diri saya dan kini menular pada keluarga saya. Perjalanan itu bukan tentang tujuannya tetapi perjalanan itu sendiri kalau menurut kata bijak. Air Asia menggerakkan kami untuk terus bepergian dan mengenal banyak orang dan budaya yang akhirnya membawa kami untuk senantias berkaca pada diri dan mensyukuri semua yang diberikan olehNya pada kami. Ya, Air Asia kini telah mengubah pemikiran saya, menginspirasi, mewujudkan mimpi saya, dan bisa menerbangkan keluarga saya yang sejak dulu hanya bisa bermimpi untuk terbang.

Bravo Air Asia, Selamat Ulang Tahun yang ke-10! Terima kasih atas kesempatan menjelajah dunia dengan Air Asia. Semoga semakin banyak kisah-kisah inspiratif dan  mimpi yang bisa diwujudkan bersama Air Asia.

#Tulisan ini dibuat untuk diikutsertakan dalam Kompetisi Blog 10 Tahun Air Asia Indonesia

Gresik, 28 Agustus 2014
00.15 WIB






1 comment:

  1. Perjalanan wisata yang sungguh menarik .....kedepannya memang naik pesawat bisa jadi menjadi kebiasaan sehari-hari seiring dengan orang yang kaya tambah kaya he he he

    ReplyDelete