Sunday 26 March 2017

Balapan Menikah Yuk!

Sudah hampir dipastikan kalau ada kondangan pertanyaannya sama seperti 3-4 tahun yang lalu. Selalu sama. Si anu sudah si ini sudah si itu sudah. KAMU KAPAN?

pertanyaan yang sekarang tak ubahnya sama seperti 'udah makan belom?' Atau 'tadi sarapan apa?'. Pertanyaan basa basi sih. Tapi untung saya nggak kurang piknik, mainnya jauh, pulangnya malam, dan liburnya cukup. Jadi kalau ada yang tanya gitu mah saya nya santai-santai aja hehehe... lebih panas waktu itu ditanya kapan lulusnya? Kerja dimana? Hahaa...

Yap, diusia yang katanya oom erikson bahwa usia saya yang hampir kepala 3 ini sudah masuk ke masa membangun relationship. Setelah yang tadinya masa untuk berkarya sudah terlampaui sekarang saatnya untuk membangun maghligai rumah tangga yang berbunga-bunga layaknya dongeng.

Menikah di negara ini dalam pemikiran saya bukan hanya menyatukan 2 hati yang kena panah asmara. Tapi juga dua keluarga besar segambreng dengan segala konsekuensinya. Nah kalau sayanya sendiri masih egois dan belom pengen berbagi dengan orang lain mosok mau dipaksa? Wong kita ini ya hidup di negara bebas kok hehee..

Yang kadang bikin masalah soal nikah menikah ini meni riweuh pisan adalah omongan orang terdekat di sana-sini. Apalagi ditambahi dengan pandangan belas kasihan seakan saya ga laku-laku, sampai pada niatan imgin membangun rumah di jannah jadinya saya sebagai jomblo bahagia sibuk untuk diperkenalkan sana-sini, disuruh ta'aruf, dijodohkan sama si anu, si itu, si ini dan sebagainya. Sampai bahkan ada yang nyeletuk 'hayo, yang lebih muda udah pada nyalip. Apa nggak panas?' Ya saya jawab 'alhamdulillah habis minum termorex panasnya turun' hehehee.... 

Saya amati celetukan kapan nikah, kok kalah balapan, nggak panas ditinggal nikah dsb itu sudah menjadi kelaziman di budaya bangsa ini. Kalau secara kurva normal ya itu standar normalnya bangsa indonesia. Tanya hal-hal personal kayak tanya anak, kapan nikah, kok belom punya cucu dsb. Tapi kadang kita lupa yang ditanya belum tentu pikniknya jauh. Belum tentu mereka pulangnya malam, atau bahkan nggak pernah berlibur. Jangan salah bisa aja yang ditanya jadi tersinggung, sedih, atau bahkan emosional.

Kalau saya berkaca kembali ke diri saya. Coba saya yang digitukan. Kan kzl kak. Makanya sebisa mungkin pertanyaan yang macam begitu ya disimpen dalam hati aja. Jadinya ghibah juga biarin atuh hahahaa..

menikah atau belum menikah itu pilihan. Mungkin banyak yang akan mengkritisi saya bahwa saya yang kurang ikhtiar. Bener. Saya membenarkan itu. Mungkin saya yang kurang berikhtiar untuk mencari belahan hidup yang akan melengkapi sebagian diri dan juga menyempurnakan agama saya. Lha tapi kan itu pilihan saya. Kalau kembali ke teori kurva normal terdapat 1,75 persen orang yang berada di juring kanan dan kiri normalitas. Ya mungkin kali saya masuk ke situ hahaa... taoi saya kan tidak merusak hidup orang lain to? Saya juga tidak menyakiti hati orang lain juga kan?

Kalau dibilang pengen ya pengen. Gils aje kagak pengen kawin. Tapi ya itu tadi. Semua kembali ke pilihan pribadi. Saya sih masih enjoy dengan apa yang saya pilih, enjoy dengan jalan yang saya jalani, enjoy dengan suara orang sekitar yang miringnya ngalahin lambe turah.

Last but not least, sekali lagi menikah itu bukan perlombaan makan kerupuk atau balap kelereng. Bukan juga F1 atau MotoGP yang dimana barangsiapa menikah duluan itu artinya sudah menang. saya acungi jempol untuk mereka yang sudah menikah karena Menurut saya mereka yang sudah menikah sudah berani ambil resiko, sudah berani maju, sudah berani mengalahkan ketakutan mereka dan sudah menuju satu tahap hidup yang lebih kompleks daripada yang belum menikah dengan jalan ceritanya masing-masing.

Untuk saya? Jangan salahkan saya ya kalau saya masih asyik mengitari belahan dunia sambol mengumpulkan cap di paspor 😁 saya sih lebih mengharapkan didoakan saja supaya bisa bertemu dengan someone special entah di belahan dunia manapun DI WAKTU YANG TEPAT daripada dijodohkan atau dipanas-panasin buat cepet-cepet nikah. Mau dikomen apa sih monggo saja wong saya juga nggak berhak meminta orang buat diam ataupun berkata sesuai yang saya inginkan. Tapi yang jelas semoga semua hepi dengan pilihan masing-masing. Enjoy your life! 


Sancaka 26032017

Barat. 19.07